Minggu, 27 Februari 2011

Cokelat Cinta _ Part I

Malam ini hujan begitu deras membasahi sekujur tubuhku, dinginnya terasa sampai menusuk ke tulangku. Melengkapi penderitaanku, setelah mengetahui bahwa aku mengidap penyakit kanker paru-paru stadium tiga.

Dokter mengatakan, aku akan bertahan hidup kurang lebih satu tahun lagi. Hanya obat yang dapat membantuku bertahan hidup, jika Tuhan menghendakinya. Ini semua terasa seperti bernapas didalam air.

Bagaimana cara aku memberitahu keluargaku?

Bagaimana reaksi mereka jika mereka tahu, kalau hidupku tidak akan lama lagi?

Sepertinya aku takkan tega memberitahu mereka tentang semua ini. Aku tak mau menambah beban Mama, Kak Mike dan Kak Vira, istrinya. Lebih baik mereka tak tahu tentang penyakitku ini, dari pada mereka harus memikirkan biaya pengobatanku yang sangat mahal itu.

Biarlah, aku saja yang menanggungnya sampai aku menyusul Papa di surga. Aku harap hal ini takkan menyakiti mereka, ketika suatu saat mereka harus tahu semuanya.

PIIP .. PIIIIIPPP …!!!

Tiba-tiba sebuah motor melaju kencang kearah Nicky. Dan..

BRAKKK !!

“Aooww!!” terdengar teriakannya yang kesakitan, Nicky terserempet dan jatuh terjerembab di tengah jalan. Segera pemilik motor itu menghampirinya dan membantunya berdiri, membawanya ke pinggir jalan.

“Maaf. Kamu nggak pa-pa??” tanya laki-laki itu masih menggunakan helmnya.

“Nggak pa-pa kok. Maaf ya, saya nyebrang nggak hati-hati..” jawab Nicky merasa bersalah sambil menggenggam tangannya yang terluka.

“Tapi tangan kamu terluka. Kita ke klinik ya?”

“Nggak usah. Nggak pa-pa kok, cuma luka kecil” elak Nicky.

Tiba-tiba laki-laki itu mengeluarkan saputangan biru muda dari saku jaket kulitnya. “Kalau gitu, untuk sementara kamu pakai ini dulu. Karena kamu nggak mau dibawa ke klinik, nanti saya dikira nggak bertanggung jawab” gumamnya sambil membalut tangan Nicky yang terluka.

“Rumah kamu dimana? Saya antar pulang aja, soalnya saya nggak bawa uang untuk ganti rugi karena telah mencelakakan kamu..” tanya laki-laki itu menawarkan.

Nicky tertegun. Mmm… mungkin dia orang baik, sayang aku nggak bisa baca pikirannya… Gumamnya dalam hati.

“Nggak perlu. Rumah saya udah dekat kok, yang di samping toko itu. Makasih ya..” ucap Nicky.

“Oh. Ya udah kalau gitu. Lain kali hati-hati ya, sampai ketemu lagi!” pamit laki-laki itu melaju dengan motornya, tanpa Nicky tahu siapa dia sebenarnya.

“Eh! Astaga! Gimana cara balikin saputangannya? Aku aja nggak tahu siapa dia dan tinggal dimana… Aduuhh ! Bodoh banget sih Nicky!” sadarnya sambil berargumen dengan pikirannya sendiri, melanjutkan perjalannya ke rumah.

Sampai di rumah, ia dimarahi oleh ibunya karena terlihat basah kuyup dan segera menyuruhnya untuk mandi air hangat dan istirahat.

Setelah mandi, Nicky mencoba untuk memejamkan matanya. Tapi tidak juga ia terlelap. Sampai ia menghitung dari 1 sampai 100, tetap saja terngiang di telinganya semua ucapan dokter padanya tadi sore.

Akhirnya ia memutuskan untuk berdoa.

Tuhan.. Aku tahu hidupku tidak akan lama lagi.

Tapi aku minta kekuatan dari-Mu untuk menghadapi penyakit ini tanpa harus menyusahkan orang-orang yang kusayang, dan membuat mereka sedih atau khawatir..

Aku juga ingin merasakan kebahagiaan bersama orang yang kucintai dan mencintaiku apa adanya sebelum aku pergi..

Inilah doaku kepada-Mu, Tuhan. Hanya ke dalam Tangan-Mu kuserahkan kehidupanku..

Amin..

* * *

Hari ini, di pelajaran olahraga, Pak Andre menyuruh Nicky dan teman-teman sekelasnya berlari lima kali putaran lapangan sekolahnya yang besar, untuk pengambilan nilai harian. Sebelumnya Pak Andre menyuruhnya untuk mengambil absen siswa kelasnya dan stopwatch di ruang guru.

Saat Nicky kembali dari ruang guru, ia melihat Vincent, kakak kelas yang selama ini disukainya. Ia sedang menempelkan sesuatu di mading. Salah satu kertas yang dipegangnya terjatuh di depan kaki Nicky.

Nicky memungutnya dan memberikannya kepada Vincent. “Ini Kak. Acara valentine ya?” tanya Nicky.

“Iya nih. Datang ya, soalnya ada artisnya lho!” ajaknya.

“Siapa artisnya, Kak? Kok nggak ada tulisannya disini??”

“SSSTTTT…!! Rahasia! Jangan kasih tahu siapa-siapa dulu ya. Soalnya ini surprise untuk semua siswa, spesial valentine’s day..” bisik Vincent.

“Siap, Kak! Tenang aja..”

“Ok. Inget ya, ra-ha-si-a! Jangan sampai bocor, nanti aku kena omel ketua OSIS. Kamu harus datang dan tampil beda, jangan lupa bawa cokelat untuk cowok yang kamu suka..” ucap Vincent tersenyum pada Nicky.

Ya Tuhan.. Manisnya senyumannya itu… Gumamnya terpesona.

“Ok deh, Kakak! Aku duluan ya, sampai ketemu..” ucap Nicky sambil berlari menuju lapangan, karena teringat Pak Andre sudah menunggunya.

Beberapa saat kemudian . . .

“Natalia, Nicky, Norman! Sekarang giliran kalian. Siap! Mulai!” teriak Pak Andre

Satu putaran . . .

Dua putaran . . .

Tiga putaran . . .

Agh! Dadaku mulai terasa sakit! Ya Tuhan, tolong jangan sekarang…

Empat Putaran . . .

“Agghh !! Hosh . . hoshh . . hoshhh . . .”

“Nicky!!!”

“……………………”

Satu jam berlalu . . .

Nicky mulai sadarkan diri. “ Far.. Fara! Nicky udah mulai sadar tuh!” panggil Sheryl, memberitahu Fara.

“Oh, iya.. Kasih minum nih, Sher..” Fara memberi segelas air dari dispenser UKS sekolah pada Sheryl untuk di berikan pada Nicky, sahabat mereka.

“Nick, lo baik-baik aja kan?” tanya Sheryl.

Aku pasti pingsan tadi.. Aduuuhhh … Kenapa harus kumat di saat seperti ini sih?? Gumam Nicky dalam hati.

“Lo kenapa sih? Bikiin kaget kita aja, tiba-tiba tumbang di lapangan..” tanya Fara membantu Nicky bangun.

“Sorry ya, sahabat-sahabatku tersayang. Nggak bermaksud bikin kalian panik, tapi mungkin tadi gue nggak sarapan, makanya jadi nggak kuat lari..” jawab Nicky berbohong. Maaf ya, aku harus berbohong sama kalian…

“Pantesan aja! Makanya, udah tahu hari ini olahraga. Lo bukannya sarapan dulu sebelum berangkat..” omel Sheryl , memberi minum pada Nicky. “Iya, maaf deh. Gue janji nggak bakal pingsan lagi. I swear!” janji Nicky pada kedua sahabatnya.

“Jangan kasih tahu nyokab gue ya. Kalian belum bilang kan?” pinta Nicky. “Iya, tenang aja, kita juga nggak mau bikin nyokab lo khawatir. Selama pingsan lo itu pingsan yang wajar..” kata Fara, membuat Nicky agak tersentak. Dia takut kalau suatu saat penyakitnya akan diketahui oleh kedua sahabatnya dan mereka meceritakannya pada ibunya.

“Bagus deh kalau gitu, gue lega..”

“Oh, iya. Pasti lo mau tahu kan, siapa yang bawa atau lebih tepatnya gendong lo sampai kesini??” ledek Sheryl, membuat Nicky penasaran. Dan dia langsung dapat menebaknya, karena Nicky sudah membaca pikiran kedua sahabatnya.

“Jangan bilang . . .” Nicky mencoba menebak.

“Bener banget. Vin-cent Ar-di-an!” sambung Sheryl mengeja.

“HAH ?? Seriuss ??” tanya Nicky meyakinkan. “Can you imagine that,Nick??” tutur Fara dengan logatnya yang kebarat-baratan.

“Iya, tadi waktu lo pingsan dia ada di sekitar lapangan. Dia lari ke tempat lo pingsan dan gendong lo ke sini deh.. Mantep kan?? Hahahaa….” jawab Sheryl menceritakan.

“Ya ampun.. Bisa di ulang lagi nggak kejadiannya?? Hehehehee ..” pinta Nicky terpesona membayangkan Vincent. Dan kedua sahabatnya menertawakannya, karena ekspresinya yang aneh dan lucu ketika mendengar cerita Sheryl.

“Hahahaa… Dasar lo!” tawa Fara.

* * *

Akhirnya, hari valentine pun tiba. Nicky sudah siap dan terlihat sangat berbeda memakai semi dress berwarna biru langit, dan sedikit polesan make-up dari Fara dan Sheryl. Walau pun dia sangat jarang mau berdandan cantik seperti itu, tapi demi menyatakan perasaannya pada Vincent dan permohonan dari kedua sahabatnya itu, akhirnya dia mau tampil beda malam itu.

“Menurut kalian, aneh nggak sih gue pakai baju seperti ini?? Gue malu..” keluh Nicky kurang percaya diri. Fara langsung menjawabnya, “Nggak usah kita jawab, pasti lo udah bisa baca pikiran kita kan??”

“Iya juga sih. Tapi terkadang apa yang di pikirkan orang, beda sama yang diucapkannya..” tutur Nicky mengakui sambil merapikan tas kecilnya. “Enak ya, kalau bisa baca pikiran orang. Jadi kita bisa tahu orang itu jujur atau nggak..” timpal Sheryl. “Berangkat, yuk!” ajak Fara dan berpamitan dengan ibunya Nicky.

Di sekolah . .

Ketika mereka sampai di sekolah, Vincent sedang berdiri di belakang aula dekat pintu masuk. Ia memandangi acara tersebut. Nicky langsung gugup ketika melihatnya.

“Nick, Kak Vincent lagi sendiri tuh. Sekarang waktunya dia tahu tentang perasaan lo selama ini” bisik Fara member tahu Nicky. “Tapi… gue nggak natap matanya nggak pa-pa kan? Gue takut baca pikirannya, kalau ternyata nggak sesuai dengan yang gue harapin..” tanya Nicky meminta pendapat.

“Ikutin kata hati lo aja ya, Nick. Gue yakin apapun keputusan yang lo ambil, lo tahu itu yang terbaik. Karena gue cuma nggak mau lo sesali semua yang udah menjadi keputusan lo di awal ini..” dukung Fara. Nicky sangat gugup, tapi kedua sahabatnya menenangkan dia.

“Sukses ya, sayang. Jangan terlalu gugup, rileks aja..” saran Sheryl. “Doain gue ya! Hufffhh …” pinta Nicky menarik napas dalam-dalam dan berjalan menghampiri Vincent.

“Hai, Kak!” sapa Nicky. Membuat Vincent terkejut dan pangling melihat penampilan Nicky yang berbeda. “Nicky?? Ya ampun, aku pikir siapa. Kamu manis banget malam ini..” puji Vincent.

“Hehehe.. makasih, Kak. Kakak sendirian aja, nggak gabung sama teman-teman Kakak” tanya Nicky. Ya, Tuhan. Aku harap perkataannya yang tadi itu jujur dari hatinya… aku nggak berani lihat matanya…

“Nggak, Nick. Lagian aku udah nggak sendiri kok. Kan udah ada kamu di sini”

“Hahahaa.. Kakak bisa aja..” tawa Nicky.

Tiba-tiba petikan alunan lagu “Sempurna” dari Andra and The Back Bone terdengar dari atas panggung, membuat Nicky dan siswa lainnya terkejut. Sorak-sorai dari semua siswa pun terdengar, ketika lagu mulai dinyanyikan oleh sang vocalist.

“Kak.. ini beneran Andra and The Back Bone??” tanya Nicky masih tak percaya band favoritnya ada di depan panggung sekolahnya, di depan mata kepalanya sendiri.

“Keren ya, Nick! Suka nggak??” tanya Vincent sambil tersenyum puas. “Suka banget, Kak! Ini band favorit aku..” jawab Nicky antusias. Sekarang saatnya… Andra and The Back Bone akan membuat ini semakin sempurna…. Gumam Nicky dalam hati, ia siap untuk menyatakan perasaannya pada Vincent di tengah alunan lagu “Sempurna”.

“Kak.. ini..” Nicky menyodorkan sekotak cokelat berwarna pink pada Vincent. “Selama ini, aku suka sama Kak Vincent. Semoga Kakak suka cokelat yang aku buat..” ucap Nicky sambil menunduk. Vincent hanya diam, tak dapat berkata-kata sepatah kata pun.

“Huufffhh….” Nicky menghela napas lega. “Maksih ya, Kak. Aku lega sekarang.. Maafin aku yaa, kalau aku udah ganggu Kakak. Permisi..” ucap Nicky pamit dan meninggalkan Vincent sendiri.

“Tapi Nick…” Vincent bingung, tak dapat berbuat apa-apa selain membiarkan Nicky pergi.

Karena aturannya, jika seorang siswi memberi cokelat berwarna pink, berarti ia hanya ingin mengungkapkan perasaannya saja tanpa ingin tahu jawaban dari siswa laki-laki. Tapi jika seirang siswi memberi cokelat berwarna cokelat, maka sang siswa laki-laki harus menjawabnya dengan mawar merah tanda “Cinta diterima” atau tidak memberi apapun tanda “Cinta ditolak”.

Keesokan harinya, di rumah Nicky…

“Far, Sher. Bantuin gue cari kerjaan dong. Gue mau kerja sambilan nih..” ucap Nicky tiba-tiba menghentikan permainan gitarnya ketika sedang santai di kamarnya bersama Fara dan Shery, setelah pulang sekolah.

“Buat apa lo kerja, Nick?” tanya Fara kaget, menghentikan baca novelnya.

“Buat bantuin nyokab aja. Sekalian gue mau mengalihkan perhatian gue dulu dari Vincent, supaya gue ada kesibukan dan nggak terlalu mikirin dia… hufffhhh…..” jawab Nicky murung.

“Kayanya ada..” ucap Sheryl sambil mengingat-ingat kembali. “Seminggu yang lalu Tante Lisa nawarin gue. Katanya kalau ada temen gue yang butuh kerjaan, dia bisa masukin ke toko cokelatnya yang baru. Soalnya dia masih butuh karyawan.. Kalau lo mau, nanti malam gue ngomong sama Tante Lisa..”

“Gue mau deh, Sher.. Dimana toko cokelatnya??”tanya Nicky langsung antusias.

“Itu lho, sebelah kanan butik besar yang ada di samping mall.. Gajinya juga lumayan kok, dapet makan siang dan uang transport..” kata Sheryl menjelaskan.

“Oh, tahu gue! Bilang sama Tante Lisa ya. Kapan aja gue siap mulai kerja kok..”

“Tapi lo yakin bisa, Nick??” tanya Fara ragu-ragu. “Nyokab lo udah izinin??”

“Tenang aja, Far.. Nyokab pasti Izinin kok!”

*To be Continue . . .